Purwokerto - Anggota DPD RI Abdul Korik mendukung pembukaan kembali jalur kereta api (KA) antara Purwokerto-Wonosobo, karena dinilai dapat menjadi penggerak perekonomian di Jawa Tengah bagian selatan. "Ini merupakan pengembangan dari ide awal yang awalnya ingin kita kembangkan dari Yogyakarta, namun jaraknya masih jauh, butuh waktu lebih dari dua jam dan jalur kereta api yang digunakan ternyata jalur luar kota," kata Abdul Korik, Jumat, di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. Dia menyatakan dalam. Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa opsi yang dimaksud adalah membangun simpul jalur komuter sendiri (commuter line) dengan Purwokerto sebagai porosnya.Dalam hal ini, simpul jalur komuter akan berada dari Pulbaringa ke Wonosobo di timur, dari Kroya (provinsi Cilakapu) ke Kebumen di selatan, dari Pangandaran dan Tasikmalaya (Jawa Barat) di barat, dan dari Tegal ke Brebes di utara.

"Jika simpul ini dapat dibangun, maka akan menggerakkan wilayah Jawa Tengah dan Selatan," kata seorang senator dari Jawa Tengah.

Dia mengatakan fungsi utama dari simpul commuter line ini akan mencakup tiga hal, yaitu mengangkut orang, mengangkut barang, dan menghubungkan destinasi wisata. "Jika semua itu bisa tercapai, simpul Jawa Tengah Selatan akan tumbuh bersama dengan daerah-daerah pendukungnya dan semua pemangku kepentingan harus bekerja sama," katanya. Dalam kaitan ini, ia mengatakan bahwa dalam waktu dekat ia ingin mengajak seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah daerah, PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan Bank Indonesia, untuk melakukan ekspedisi revitalisasi jalur kereta api dari Purwokerto ke Wonosobo. Menurut dia, kegiatan ini akan diikuti dengan diskusi kelompok terfokus (
Focus Group Discussion
FGD) tentang bagaimana inisiatif seluruh pemangku kepentingan untuk mendorong kebijakan revitalisasi jalur kereta api Purwokerto - Wonosobo. Diskusi akan berlangsung. "Tentu saja, langkah pertama adalah semua pemangku kepentingan, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendorong hal ini bersama-sama sebagai sebuah kebutuhan dan urgensi. Yang kedua adalah memasukkannya ke dalam skala prioritas pembangunan, baik di kabupaten, di wilayah Jawa Tengah, maupun di negara. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa pembukaan kembali jalur kereta api Purwokerto - Wonosobo dapat menjadi prioritas proyek strategis nasional (PSN).

Lebih lanjut, Hollick mengakui bahwa jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo yang ada saat ini adalah jalur kereta api Purvaringa-Wonosobo, sedangkan sebagian jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo sudah tertutup bangunan dan pemukiman.

"Jika ini adalah kebijakan yang layak, setidaknya berarti sedikit pengalihan di Purwokerto dan kemudian koneksi ke jalur kereta api lama.

Mengenai urgensi untuk menghidupkan kembali jalur kereta api Purwokerto - Wonosobo, ia mengatakan bahwa kekuatan ekonomi wilayah Jawa Tengah bagian Selatan berasal dari sektor pertanian, pariwisata dan kelautan.

Menurutnya, diperlukan infrastruktur untuk menghubungkan semua titik-titik potensial tersebut. "Yang paling memungkinkan dan paling lancar, tidak terbebani kemacetan, adalah jalur kereta api. Dulu, pada zaman Belanda, di sini di jalur kereta api Purwokerto - Wonosovo adalah jalur ekspor ke pelabuhan Tanjung Intan di Chirakap," katanya. Dalam hal ini, ekspor pertanian dari wilayah Wonosovo dikirim ke Chirakap melalui jalur kereta api Purwokerto - Wonosovo.

"Tentu saja, sangat disayangkan bahwa kami tidak dapat melanjutkannya, ini sebenarnya hanya kelanjutan. Maksud saya, dalam skema yang lebih besar, revitalisasi ini adalah bagian dari menghidupkan kembali perekonomian Jawa Tengah bagian Selatan, serta prospek ekspor pertanian melalui pelabuhan Tanjung Intan," kata Korik.

Jalur Purwokerto - Wonosovo dihentikan pada tahun 1978 karena dianggap tidak kompetitif dengan moda transportasi lainnya.
Jalur ini dihentikan pada akhir tahun 1986 dengan kereta api barang terakhir berhenti di stasiun Mantrianom, sekitar 8 km sebelah barat pusat kota Banjarnegara.

Kereta api barang tersebut mengangkut kontainer berisi komponen listrik dari Perancis untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Panglima Besar Sudirman di Mulika, Banjarnegara.