JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan bahwa penyedia jasa pariwisata harus mampu menawarkan layanan prima yang membuat wisatawan merasa nyaman. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas amenitas pariwisata, katanya saat berkunjung ke Desa Wisata Bulu Duri, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. “Salah satu area yang perlu ditingkatkan adalah kebersihan toilet dan homestay,” katanya lewat keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

Desa Wisata Buru Duri masuk dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022. Hal ini karena memiliki potensi wisata arung jeram, yaitu Sungai Ba Borong memiliki fitur berupa bebatuan dangkal bergradasi 2-3 sepanjang 16 km dan memiliki jeram yang cukup banyak. Dengan fitur-fitur tersebut, wisata arung jeram di Sungai Ba Bolong dinilai aman untuk para pemula arung jeram.



Selain digunakan untuk wisata, Sungai Ba Bolong juga digunakan sebagai sumber air penduduk setempat.

Arung jeram di desa ini dibagi menjadi tiga kategori: dua, empat dan enam jam, dengan harga mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 350.000.

Atraksi lainnya termasuk Air Terjun Bahugra setinggi 25 meter, Green Canyon setinggi 30 meter, dan Magic Wall/tembok batu yang berupa pahatan yang berasal dari tetesan air.

Kemudian ada juga Batu Bor Manjire, situs bersejarah yang telah menjadi cagar budaya di Sungai Ba Borong, peninggalan Kerajaan Bajalinge.



Mengingat Desa Wisata Burung Duri masuk dalam 50 besar ADWI, Mempalekraf mengingatkan pengelola untuk memperbaiki beberapa aspek terkait fasilitas wisata. “Kalau sarung bantal dan sprei homestay warnanya cokelat, tidak terlihat bersih,” kata Sandiaga. Selain mencoba arung jeram, ia juga menyaksikan tarian tradisional masyarakat Batak di Sumatera Utara, yaitu Tari Tortol Somba dari Sangal Sibaja. Tarian Tortol Somba biasanya ditampilkan pada acara-acara bergengsi seperti penyambutan tamu, pernikahan, dan acara-acara adat. Tarian ini diikuti dengan tarian Pengalo Ngalo dari Kerajaan Bajalinge, yang dimaksudkan untuk menyemangati dan memberkati para tamu.

Dalam hal produk ekonomi kreatif, desa wisata ini memiliki alat tenun, kain anyaman rotan, tikar dan sandal. Beberapa makanan khas Burung Duri adalah ombus ombus, lontong pekar, ikan chengcen goreng, ayam horat dan mie grosol.

“Kami berharap dapat meningkatkan fasilitas pariwisata sehingga dapat meningkatkan kualitas kunjungan wisatawan, membuka peluang bisnis dan membawa manfaat ekonomi,” katanya.